Untitled
Akan
datang hari, mulut dikunci. Kata, tak ada lagi.
Akan
tiba masa, tak ada suara. Dari, mulut kita
Berkata
tangan kita, tentang apa yang dilakukannya.
Berkata
kaki kita, kemana saja dia melangkahnya.
Tidak
tahu kita, bila harinya. Tanggung jawab tiba.
Robbana
Tangan
kami.. Kaki kami..Mulut kami.. Mata hati kami.
Luruskanlah..
Kukuhkanlah..Di jalan cahaya.. Sempurna.
Mohon
karunia.. Kepada kami...Hambamu yang hina.
Bagi
yang tidak tahu, kalimat-kalimat di atas adalah lirik lagu “Ketika Tangan dan
Kaki Berkata” yang dinyanyikan oleh alm. Chrisye. Silahkan dengarkan lagunya,
bagi yang belum pernah mendengar, sungguh lagu dengan lirik yang sangat dalam
dibalut melodi yang sangat indah.
Anda
mungkin bertanya-tanya, kenapa saya tuliskan lirik lagu random begitu,
alih-alih menuliskan sebuah refleksi yang dimintakan kepada saya untuk ditulis.
Jika saya dapat menjawab, beginilah jawabannya. Pada malam ketika saya
memutuskan untuk membuat tulisan ini, sejenak saya berpikir, ‘apa yang mau saya
tulis? Apa yang sudah saya dapatkan dengan pengalaman yang remeh itu?’. Ya,
saya mengerti, betapa sombongnya saya ketika menuliskan pengalaman ini. Betapa
tidak mau saya menilik lebih dalam terhadap suatu peristiwa yang telah saya
alami. Betapa tidak bersyukur atas apa yang telah terjadi dalam kehidupan saya.
Di tengah-tengah kebingungan saya mengenai apa yang akan saya ceritakan, saya
membuka internet dan secara random mengingat lagu ini. Segera saja saya klik,
dan saya dengarkan lagu itu. Lagu yang sebenarnya sudah lama sekali saya kenal,
namu tidak pernah benar-benar saya cermati. Sejauh pemahaman saya, lagu ini
bercerita tentang apa yang dilakukan manusia di dunia harus
dipertanggungjawabkan ketika kelak kembali kepada yang empunya hidup. Tidak
lagi manusia dapat berbohong, karena setiap bagian dalam tubuh manusia akan
bercerita mengenai apa yang telah dilakukannya.
Lagu
ini juga mengajak manusia untuk
melakukan sesuatu di dunia yang berguna bagi sesama. Bu Risma, Walikota
Surabaya, dalam suatu sesi sidak bawahannya, pernah mengungkapkan bahwa hidup
itu harus banyak-banyak mempermudah orang lain. Adalah suatu dosa jika manusia
hidup kerjanya hanya menyusahkan orang lain. Saya memahami ini dengan cara
menjadi manusia yang lebih baik dan dapat berguna bagi sesama, menurut cara
yang saya pandang sesuai dengan pemikiran saya. Refleksi atas kejadian mengenai
membagi-bagi nasi bungkus, merupakan hal yang remeh, menurut saya. Namun kita
tidak pernah tahu sesuatu yang mungkin kita anggap remeh, ternyata merupakan
berkah bagi orang lain. Menurut saya tidak penting bagaimana orang lain
menanggapi kebaikan yang sudah kita lakukan. Yang terpenting adalah kita sudah
melakukan sesuatu bagi mereka.
Dalam
suatu sesi perbincangan setelah acara tersebut, ada teman yang menyeletuk bahwa
ada orang yang mereka pandang mampu, namun masih minta-minta jatah. Yang lain
bercerita merasa kecewa karena ada orang yang dilihatnya sangat membutuhkan,
namun ia tidak dapat memberikan sesuatu karena sudah habis (nasi bungkusnya). Menurut
saya, niat saja tidak cukup, perlu ada perbuatan yang nyata. Tapi dalam
beberapa contoh kasus, keadaan yang membuat niat tidak dapat terlaksana. Itulah
hidup, penuh ketidakpastian.
Komentar
Posting Komentar