LCGC : Menguntungkan atau Merugikan ?
Apa tanggapan anda ketika mobil murah diluncurkan ke pasar?
Tentu saja senang karena bisa mendapat mobil dengan harga yang lebih murah.
Begitulah jawaban dari Susilo, Dosen Pengantar Bisnis Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Diponegoro, ketika ditanya mengenai hal tersebut.“Kalau
sebagai masyarakat pengguna mobil, tentu saja senang, karena saya dapat mobil
yang lebih murah.” tuturnya.
Ia kemudian mengungkapkan juga kekhawatiran tentang dampak
yang ditimbulkan dengan adanya mobil murah. “Dilihat dari sisi yang lain,
terdapat juga kekhawatiran akan pemicu banyaknya orang yang membeli mobil
sehingga berdampak pada traffic.”
Seiring
dengan kebijakan pemerintah tentang Low Cost Green Car (LCGC), maka munculah
mobil murah. Terdapat beragam mobil murah di pasaran dengan beragam keunggulan
yang ditawarkan. Masyarakat dapat memilih dengan leluasa mobil mana yang sesuai dengan selera mereka.
Ambil
satu contoh, yaitu Toyota Agya. Menurut pihak produsen, terdapat beragam
keunggulan mobil ini. Selain karena harganya yang murah, juga irit BBM karena
menggunakan mesin 1000cc.
Toyota
Agya muncul dengan tiga pilihan grade, yaitu grade E, G dan TRD S. Masing
-masing grade tampil dengan pilihan manual dan automatic. Tipe E merupakan
mobil medium grade, sedang tipe G merupakan mobil high grade. Sementara TRD S
merupakan tipe sportif eksklusif.
Kemudian
pertanyaan muncul seiring dengan diluncurkannya mobil murah. Apakah dengan
adanya mobil murah akan membawa dampak positif atau malah menimbulkan dampak
negatif?
Pedang Bermata Dua
Bagaikan
pedang bermata dua, hadirnya mobil murah membawa dua dampak positif maupun
negatif. Sisi positifnya ialah muncul mobil dengan harga yang lebih murah
sehingga harganya terjangkau oleh masyarakat kelas menengah.
Pihak
penjual mengatakan bahwa sasaran konsumen mobil murah adalah masyarakat
perkotaan dari kelas ekonomi menengah. Ia menambahkan, hingga sejauh ini banyak
konsumen dari kelas menengah yang telah membeli atau memesan produk mobil
murah. Dengan begitu, masyarakat kelas menengah memiliki kesempatan untuk
memiliki mobil dengan biaya yang tidak terlalu tinggi.
Selain
karena keunggulannya di harga yang murah, suku cadang mobil murahpun mudah
didapat dengan harga terjangkau. Menurut pihak penjual, terdapat banyak tempat
yang menjual suku cadang mobil murah dengan harga yang murah pula.
Kemunculan
mobil murah juga seakan menjadi angin segar bagi pemerintah. Untuk mendapatkan
ijin penjualan mobil murah di Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Dilansir dari www.teknologi.kompasiana.com, perijinan penjualan Toyota Agya di
Indonesia memiliki kesepakatan senilai trilyunan rupiah.
Selain itu, munculnya kesepakatan yang bernilai trilyunan
itu disertai dengan jadinya Indonesia sebagai basis produksi mobil murah. Tentu
hal ini akan membawa dampak meningkatnya lapangan kerja di Indonesia.
Diperkirakan, sebanyak 25ribu tenaga kerja akan terserap sehingga menjadikan
Indonesia sebagai basis produksi.
Kemudian dengan munculnya mobil murah, akan memicu produsen
mobil untuk bersaing dalam menjual dagangannya. Akan bermunculan beragam produk
dari kelas mobil murah. Begitu pula dengan produsen mobil dengan harga yang
lebih tinggi. Agar dapat bersaing di pasar, mereka harus menghadirkan sesuatu
yang berbeda agar dapat menarik minat konsumen. Karena dengan hadirnya mobil
murah mempengaruhi pasar mobil dengan harga standar.
Namun, Susilo juga menyoroti sisi lainnya yaitu, selain
menguntungkan dari segi bisnis, dalam jangka panjang akan menimbulkan masalah.
Ketika mobil murah dipasarkan, maka akan memicu orang untuk membeli mobil.
Dikhawatirkan akan menimbulkan kemacetan di masa mendatang. “Ya tentu
menguntungkan dari sisi bisnis, tapi dalam jangka panjang dapat juga menjadi
bumerang, karena dapat menimbulkan kemacetan yang pada akhirnya orang rugi
untuk beli mobil.” ujarnya.
Sejalan
dengan kekhawatiran Susilo, demikian pula dengan Jokowi. Seperti dilansir dari
www.megapolitan.kompas.com, ia tidak setuju akan kebijakan peluncuran mobil
murah. Pasalnya, diperkirakan akan menambah volume kendaraan di kota-kota besar
yang berujung pada kemacetan.
Apabila
diperhatikan, mesin mobil yang dikategorikan sebagai LCGC adalah mobil
berteknologi konvensional ber-cc rendah. Mobil LCGC yang banyak dipasarkan
bukanlah mobil ber-cc rendah dengan teknologi ramah lingkungan. Jadi
sebenarnya mobil murah hanya dikatakan ramah lingkungan karena memiliki mesin
yang konvensional, bukan karena memiliki mesin dengan teknologi ramah
lingkungan.
Selain
itu mobil murah yang sedang gencar diprodusi ternyata tidak mendapat Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM). Mobil pada umumnya mendapat PPnBM dengan
besar berkisar 25 persen dari harga jualnya. Dengan tidak dikenakannya PPnBM
pada mobil murah sebenarnya mengurangi peluang pemerintah untuk mendapatkan
pemasukan dari pajak.
Hal
yang perlu dipikirkan lagi adalah konsumsi BBM. Mobil murah dikatakan
didesain berbahan bakar pertamax. Namun
seperti dilansir dari www.politik.kompasiana.com, menurut para pengamat
otomotif, desain tersebut dapat dirubah dengan mudah. Dari pertamax, ternyata
dapat pula didesain berbahan bakar premium.
Kondisi Pasar
Dengan munculnya mobil murah maka akan semakin
beragam pilihan transportasi yang dapat digunakan masyarakat. Akan semakin
ramai pula pasar bidang otomotif. Meskipun begitu, kondisi pasar tetap tidak
bisa diprediksi.
Seakan
waktu dan kualitas menjadi penentu perubahan yang terjadi di pasar setelah
mobil murah dipasarkan. Apabila mobil murah tidak dapat mempertahankan
kualitasnya, maka konsumen akan beralih dari mobil murah ke produk lain yang
mereka anggap lebih cocok dan berkualitas.
“Sulit
ditebak karena perilaku konsumen kita itu kadang spesifik. Awal ramai, setelah
jalan kemudian bisa tidak laku. Banyak contoh, dulu mobil murah bukannya orang
itu membeli, tapi akhirnya kembali. Nah tergantung dari perusahaan itu apa
mampu membuktikan bahwa murah itu benar-benar valuable. Artinya memberikan
value yang maksimal. Kalau tidak ya konsumen akhirnya tidak. Tipikal kita kan
suka coba coba, begitu sekali merasa enggak, dia akan kembali, sehingga
perusahaan membuktikan bahwa ini memang tidak begitu,” tukas Susilo
Ia
menambahkan perusahaan harus dapat memberikan sesuatu lebih dari harga murah
yang ditawarkan kepada konsumen. Murah bukan berarti memberikan produk yang
kurang dari sisi kualitas. Atau paling tidak produsen harus memberikan kualitas
yang sesuai dengan harga yang ditawarkan.
“Ya
murah itu harus sesuai dengan kualitasnya, senilai. Jadi kalau dalam bisnis,
istilahnya, harga itu sesuai dengan kualitasnya. Kalau kita jual yang seharga
seratus juta ya kualitasnya ya harus yang sesuai dengan seratus juta. Tapi kalau
kita jual mobil yang harganya seratus juta tapi kualitasnya di bawah itu, ya
dalam jangka pendek menguntungkan, dalam jangka panjang, konsumen pasti kecewa.
Yang bagus adalah kalau saya jual mobil harga seratus juta tapi kualitasnya
yang senilai dengan seratus lima puluh juta kepada konsumen. Tapi sebenarnya
harusnya yang fair. Jadi perusahaan itu diuntungkan, konsumen tidak dirugikan,”
tambahnya.
Komentar
Posting Komentar